Beranda · SINOPSIS CANSU HAZAL · ARTIKEL · VIDEO · TOKOH

Sinopsis Cinta Elif Episode 24 Tayang Sabtu 31 Oktober 2015 Bagian Ketujuh



http://mahidevranlovers.blogspot.com/



Omer lalu mengantar Elif menemui Cihan. Elif menghadiahinya berlembar-lembar uang. Setelah Elif pamitan pada ibunya Cihan, dia berniat pergi dan Omer mengucapkan sesuatu padanya.
 
 “Kau tak menikmatinya (pesta), kan?”
“Tidak, malah sebaliknya. Aku sangat menikmatinya. Tapi aku tidak mau mengganggumu lagi.”
“Kau memang berbeda dari orang biasa, Signorina (Nona)!”
“Aku juga tumbuh di negara ini, Commiser (Pak Detektif)! Kau menganggap kalau diriku tak nyaman dengan pesta ini karena keluargaku kaya. Semoga harimu menyenangkan!” Elif lalu pergi.
Omer hanya terdiam. Dia hanya melihat dari kejauhan saat Elif pergi dengan mobilnya. Wajah Omer terlihat kesal.
Setelah itu, Omer, Arda, dan Pelin berbincang di satu meja, masih di tengah pesta.
 
 
 “Wow... Elif sungguh mengejutkanku kadang-kadang!” Ujar Pelin.
Omer langsung menenggak habis minumannya saat mendengarnya. Arda lalu meledeknya. “Haruskah kupesankan lagi minuman untukmu?”
“Apa masih ada lagi sirup strawberry-nya?” Tanya Omer.
“Aku akan mencarikannya....”Jawab Arda.
“Jangan... dia sedang kacau...” Ucap Pelin sembari menatap Omer.
“Bukankah kau yang memulai pembicaraan ini, Pelin?” Omer kesal. Omer lalu menyuruh Arda. “Cepat bawakan aku sirup strawberry yang banyak!”
Arda pun pergi. Pelin lalu menanyai Omer. “Omer, ada sesuatu dalam hidup ini yang tak bisa kau ingkari. Kau tahu itu kan?”
“Kenapa kau tak meminum tehmu saja?” Suruh Omer.
“Baiklah, kita akan membicarakannya nanti saja!” Pelin memalingkan muka.
Huseyin lalu datang. “Selamat malam...!”
 “Oh Kakak, kami sangat meridukanmu!” Ledek Omer.
“Apakah kau bisa memberitahu kami, kau sangat terlambat....” Tambah Pelin.
“Aku dinas di luar, Pelin!” Jawab Huseyin.
“Selamat datang, Bos! Apa kau mau minum?” Tanya Arda saat dia datang membawakan minumannya Omer.
“Jangan pikirkan soal itu sekarang. Aku harus memberitahu kalian sesuatu.”
“Apa yang terjadi?”
“Menantunya Ahmed,,, Taner. Dia bunuh diri.”
“Jangan katakan itu!”Ucap Arda.
“Kapan?” Tanya Omer.
“Semalam,” Jawab Huseyin.
“Kenapa kita baru tahu sekarang?” Omer heran.
“Jangan marah! Apa kau pikir aku yang merahasiakannya? Mereka mencoba menghubungi keluarganya tapi mereka tak bisa menemui siapapun. Kita pun baru tahu sekarang.”
Omer lalu berniat pergi, dan Huseyin menanyainya. “Kau mau kemana?”
 “Ke tempat dimana insiden itu terjadi, Kak!”
“Tak ada insiden, Omer! Pria itu menanggung perasaan bersalah hingga dia membunuh dirinya sendiri.”
“Kak, ada seseorang yang mencoba menutup kasus ini entah untuk alasan apa. Jangan membantu mereka juga. Kasus ini akan ditutup tapi kau takan menutupnya demi aku, Kak!”
Omer lalu pergi. Arda dan Pelin ikut bersamanya.
Huseyin kesal sendiri hingga terpaksa ikut mereka.
Di dalam sel penjara, Omer menginterogasi teman satu sel Taner (orang suruhan Tayyar dan Metin yang membunuh Taner). Sementara itu Huseyin tampak diam di sudut tembok.
 
 “Apa kau tak mendengar sesuatu? Dia pasti membuat suara saat itu...” Tanya Omer.
“Bukankah aku pasti akan mencegahnya jika aku mendengarnya? Maafkan aku, tapi aku benar-benar terlelap saat itu.”
“Lalu bagaiana bisa kau gambar kejadiannya?” Tanya Pelin.
“Ketika aku bangun, aku sudah melihatnya tergantung. Pria yang malang. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya.”
“Dan setelah itu?” cecar Omer.
“Setelah itu mulai berteriak dan para penjaga datang. Mereka yang menurunkan tubuh pria malang itu. Dia juga meninggalkan selembar surat di kasurnya. Petugas datang dan mengambilnya. Semuanya terjadi seperti yang kuceritakan.”
Meski begitu, Omer tampak tak mempercayai orang itu. Omer lalu menoleh ke arah Huseyin. “Kau tak seharusnya melibatkan dirimu dalam masalah ini, Kak!”
Mereka berdebat kecil. Omer lalu memeriksa tempat tidurnya Taner. Ia menemukan kancing bajunya Taner, lalu menyuruh Pelin mengambil sarung tangan untuk mengambilnya.
Omer curiga kalau kancing itu milik Taner yang jatuh saat dia digantung. Huseyin meyakinkan Omer, bisa jadi itu milik orang lain.
 Arda datang membawa surat yang ditulis Taner sebelum meninggal. Surat pengakuan Taner pada istrinya (Asli). Omer terkejut melihatnya, karena disitu Taner mengakui semua.
FLASHBACK : Di malam terbunuhnya Taner, sebelum teman satu selnya menjerat lehernya sampai tewas, seorang penjaga datang membawa kertas dan pena. Penjaga itu menyuruh Taner menulis surat pengakuan pada istrinya terlebih dahulu. Taner tak mau. Ia pun dipaksa dengan tali dilingkarkan ke lehernya. Setelah ia menulis surat pengakuan itu, Taner pun dibunuh dengan jeratan tali.
 
 
 Flashback berakhir.
Omer menatap penuh curiga ke arah teman satu selnya Taner. Setelah itu ia keluar. Arda, Pelin, dan Huseyin ikut menyusul di belakangnya.
Rupanya Omer, Arda dan Pelin pergi ke rumah Tayyar. Di depan rumahnya berdiri banyak penjaga.
 
 Omer menunjukkan identitasnya. “Saya Omer Demir. Detektif. Saya ingin menemui Tuan Tayyar Dundar!”
“Baiklah!” Salah penjaga lalu masuk memanggil Tayyar.
Sementara itu, Pelin dan Arda berbincang berdua.
“Kenapa kita meninggalkan Pak Huseyin? Aku tak mengerti...” Ucap Pelin.
“Nanti saja kita tanyakan hal itu pada Omer!” Jawab Arda.

Tayyar yang sedang berada di teras depan rumahnya, menyuruh penjaganya agar mengizinkan Omer masuk. Penjaga itu berlari memanggil Omer.





.
 “Ada apa, Tuan Omer? Apa yang terjadi malam ini?” tanya Tayyar. “Silahkan duduk....!”
“Aku tidak datang untuk duduk, Tuan Tayyar! Bisakah kau memanggil Nona Pinar?”
Tayyar shock. “Apa alasannya?”
“Aku punya beberapa pertanyaan mengenai kasus Ahmed Denizer dan Sibel Andac!”
“Aku kira mereka menahan Taner dan kasusnya ditutup. Apa ada perkembangan baru?”
“Investigasinya masih berlanjut. Semuanya bisa kujelaskan sekarang. Tapi bisakah kau memanggil Pinar?”
“Pinar tak ada disini.”
“Apa dia ke rumah ibunya? Bisakah kau menghubunginya atau memberiku alamatnya?”
“Pinar telah meninggalkanku. Kami berpisah.”
“Oh...hubungan kalian terlihat harmonis dari kejauhan.”
“Itu juga yang kupikirkan. Tapi hidup tak seperti itu. Penuh dengan kejutan.”
Sementara itu Omer terus mengawasi rumah Tayyar. “Baiklah...! Apa kau punya sebuah alamat? Apakah kau tahu kemana dia pergi?”
“Apakah kau datang untuk menabur garam di lukaku?”
“Maafkan aku...”
“Itu tak penting. Kau sedang mengivestigasi. Kau tak salah.”
“Selamat malam Tuan Tayyar. Maafkan aku karena sudah mengganggumu.” Omer akhirnya pamitan.
“Kau juga, selamat malam!”
Di rumahnya, Elif dan Bahar dua berdua di atas karpet, di ruang tamu.
 “Aku mulai mendengar suara-suara aneh di rumah ini. Rupanya saat dirimu tinggal sendiri, kau mulai merasa takut pada rumahmu sendiri....” Ujar Elif.
“Dengarkan aku! Aku rasa kau harus pindah dari rumah ini. Atau jual saja. Kau butuh uang. Mungkin rumah ini hanya akan memberimu perasaan yang tidak baik.” Saran Bahar.
“Ibuku dan ayahku masih tinggal di rumah ini, Bahar! Kami sudah tinggal di rumah ini. Aku akan berjuang hingga akhir agar tak kehilangan rumah ini. Aku akan membuat rumah ini menjadi hangat lagi.” Elif menangis.
Setelah itu terdengar bunyi bel pintu. Elif dan Bahar bersama-sama menghampiri pintu, lalu Elif membukanya.
Rupanya yang datang adalah Omer, Arda, dan Pelin.
 
 
“Omer...” Ucap Elif sembari membaca wajah Omer yang dicekam kesedihan. “Sesuatu yang buruk telah terjadi?”
“Elif.... kami kehilangan Taner.” Jawab Omer.
Elif shock, menutupi wajahnya dan menangis. Omer mendekat dan memeluknya.
Sementara itu, Pinar berada di ruang ICU rumah sakit.
Keesokan harinya, Taner dikuburkan. Asli menangis di dekat pusaranya. Elif dan Nilufer berdiri di belakangnya. 
 
 





DAFTAR SINOPSIS TERBARU
CINTA ELIF

Artikel keren lainnya: