http://mahidevranlovers.blogspot.com/
“Manajar kemaaan rumah sakit
datang hari ini. Mereka mengatakan kalau semua rekaman CCTV dari klinik ini
sudah terhapus. Seseorang telah mencurinya.”
“Sayang sekali...”
“Aku sudah bicara pada mereka
untuk mematikan rekaman CCTV di ruang rawatnya Asli, agar ibumu tidak marah.
Kau tahu kan ibumu sangat sensitif soal itu. Ada banyak wartawan dan
orang-orang yang suka ingin tahu, itu kenapa ibumu tak ingin penyakit Asli
diketahui. Sekarang aku tahu betapa pentingnya informasi dari rekaman CCTV itu.
Itu juga membuatku sangat marah, dan aku telah memecat mereka semua.”
“Apa kau sudah melapor ke
polisi?”
“Tentu saja sudah. Bagaimana
bisa aku tak melaporkannya?”
Di ruang tamu rumahnya, Omer
berbincang dengan Ferhan, tetangganya yang akan membuat pesta sunatan anaknya,
Cihan.
Ferhat meminta tolong Omer untuk membantunya. Hasan dan Cihan lalu masuk
dan kejar-kejaran. Hasan menakut-nakuti Cihan. Melike lalu bergabung dan
menyuruh Cihan agar tidak takut saat disunat. Setelah itu semuanya pergi.
Di kolam renang, di halaman
depan rumahnya Tayyar, Nilufer menghampiri Mert yang sedang sarapan di gazebo.
Nilufer merayu Mert dengan menyebut Mert satu-satunya orang yang selalu ada
bersamanya.
Setelah itu Nilufer meminta agar Mert meminjaminya telepon. Namun
Mert tahu, kalau Nilufer hanya ingin menelepon kekasihnya. Mert marah.
“Kau pikir aku ini bodoh. Aku
tahu,,, video itu adalah videmu dengan si bedebah itu. Apapun yang kau inginkan
dari pria itu, dia Cuma orang yang menjijikkan. Apa kau paham? Aku tak akan
membiarmu menemuinya...”
Kembali ke rumah sakit. Tayyar
memberitahu Elif soal Asli saat mereka berjalan di lorong.
“Paman Tayyar, aku ingin membawa
Nilufer keluar dari rumahmu....”
“Apa kau yakin? Aku bisa
menjaganya. Dengarkan aku, pria itu meneleponnya terus-terusan. Setidaknya ada
20 panggilan tak terjawab hari ini,” Jawab tayyar sambil mengeluarkan ponsel
milik Nilufer dari saku jasnya. “Sudah jelas bahwa pria ini tak akan
meninggalkan Nilufer sendirian.”
“Sungguh bencana.”
“Siapa dia Elif?” Tayyar
pura-pura tak tak tahu.
“Pria menjijikkan.”
“Laporkan dia ke polisi dan
mereka akan menangkapnya.”
“Jangan! Tak perlu melakukan hal
itu saat ini. Cukup bagiku untuk tak membiarkan Nilufer menemuinya lagi.”
“Jangan takut. Selama dia
bersamaku, maka bedebah itu tak akan bisa menemuinya sekalipun ujung jarinya
Nilufer.”
Elif lalu melihat dokternya
Asli. “Bukankah orang yang baru saja lewat adalah dokternya Asli? Itu artinya
pemeriksaannya telah selesai. Ayo kita pergi ke sana!”
“Elif, berhenti. Aku punya
sesuatu yang harus kukatakan padamu tentang Asli!”
“Apa yang terjadi? Dia tak
mencoba melukai dirinya lagi, kan?”
“Bukan itu.”
“Katakan padaku apa yang
terjadi, Paman?”
“Asli tidak mengingat kematian
ibumu.”
“Bagaimana bisa? Dia hilang
ingatan?”
“Tak semuanya. Hanya ingatan
pendeknya. Yang tak diingatnya adalah semua yang terjadi setelah dia dibawa ke
rumah sakit ini.”
“Ya Tuhan....” Elif shock da
duduk di sofa.
“Berita kematian adalah tragedi
yang bisa menguncang otak seseorang. Khususnya bagi Asli. Sebenarnya Asli
berusaha tak ingin untuk mengingatnya.”
Tayyar lalu meminta Elif untuk
memberitahu Asli lain waktu.
Elif menolak, “Tidak. Tidak.
Memberitahu Asli adalah tugasku. Seseorang harus mendengar kabar duka dari
orang yang sangat disayanginya. Mereka akan bisa saling berpegangan....”
“Baiklah...” Tayar pasrah.
Setelah itu Elif pergi menemui
Asli.
Saat Asli melihat Elif di pintu,
ia langsung senang dan berlari memeluk Elif.
“Asli.”