http://mahidevranlovers.blogspot.com/
“Elif...!”
“Aku berhenti di depan rumahmu,
tapi kata tetanggamu, kau ada disini.” Ucap Elif.
Omer tampak tegang. Elif lantas
bertanya, “Apa kau tak suka aku datang?”
“Bukan begitu. Tak masalah. Apa
ada sesuatu yang terjadi?”
“Tidak. Cuma saja aku kepikiran
soal...”
“Soal apa?”
“Apa yang terjadi hari ini
(Pertemuan diam-diam pagi tadi). Apa itu idemu?”
“Apa pentingnya itu Elif?”
“Itu penting bagiku. Karena jika
itu idemu, artinya kau sedang berusaha untuk menolongku. Itu artinya aku masih
punya tempat di hatimu.”
“Lihatlah, ini bukan waktu yang
tepat, ataupun tempat yang tepat untuk membicarakan hal ini...” Omer berkelit.
“Jadi, jangan lagi merisaukannya, Oke?”
Melike lalu datang, “Omer!....
ah selamat datang Elif!”
“Terimakasih...”
Melike memberitahu Omer, “Omer,
semua orang sedang menunggumu. Kau harus yang pertama menari. Musiknya sudah
siap. Cepatlah!”
“Baiklah, aku akan kesana...”
Omer lalu berbicara pada Elif,
“Baiklah, sekarang tenanglah... jangan takut!”
Elif pun berniat pergi, namun
dicegah Melike. “Apa kau tak ingin disini saja? Ayolah...! Kamu bisa ikutan
menari... dan juga membuang stresmu. Ayolah!”
“Tidak. Terima kasih. Sebaiknya
aku pergi...”
Omer lalu menyindir Elif, “Dia
tak mengerti jenis tarian ini. Yang dia tahu Cuma flameco... tango....”
Omer pun berlalu meninggalkan
Elif dan bergabung ke pesta. “Ayo, mainkan musiknya!” Pinta Omer.
Melike terus saja mendesak Elif
untuk ikut bergabung ke pesta. Elif pun akhirnya luluh dan hanya menonton dari
belakang bersama Melike.
Omer, Arda, Pelin, dan Ferhat
mulai berjoged (flamenco ala Ankara) dengan diiringi lagu Turki. Elif terus
saja memandangi Omer dari kejauhan. Matanya tak berkedip sama sekali. Sementara
itu Melike terus mengoceh di sampingnya.
Arda dan Pelin melihat Elif.
Pelin lalu mengajak Elif berjoged.
Elif menolak. Pelin mengajaknya lagi.
Setelah dipaksa Melike, akhirnya Elif mau bergabung untuk berjoged.
Omer terkejut melihat Elif
menari di depannya. Keduanya pun hanyut dalam alunan musik, tarian, dan
pandangan yang tak saling lepas. Pelin dan Arda terus saja menertawakan tingkah
keromantisan Elif da Omer yang tak pernah melepas pandangan sekalipun.
Rupanya Elif sedang membayangkan
Omer memakai setelan pengantian. Begitupun Omer yang sedang membayangkan Elif
memakai gaun pengantin warna putih, dan keduanya sedang menari di pesta
pernikahan.
Hingga musik berhenti, Elif dan
Omer masih saja berjoged. Keduanya tetap saling berpandangan.
Arda tertawa, dan
menegur Omer kalau musiknya sudah selesai.
Omer dan Elif sama-sama
tercenung, malu, lalu Omer tersenyum
“Tarianmu tak buruk.” Ucap Omer.
“Terima kasih,” Balas Elif.
“Tarianmu tidak buruk. Dia
sangat total...” Sela Melike.
“Melike, biarkan mereka sendiri.
Ayo kita menari lagi...!” Sahut Pelin.
Ferhat lalu menyuruh untuk
memainkan musiknya lagi. Namun Elif malah mengambil dompetnya.
“Kau mau kemana?” Tanya Omer.
“Mengucapkan selamat pada anak
yang disunat itu! Aku baik-baik saja. Jangan lakukan apapun!” Jawab Elif.