http://mahidevranlovers.blogspot.com/
“Bagaimana kabarmu, Nak?” Tanya Komandan
Sami. “Lama tak melihatmu.”
“Benar, Komandan!”
“Meninggalkan Van dan pindah kesini itu
bagus. Kota ini butuh orang sepertimu. Ngomong-omong, kita harus membicarakan
sesuatu.”
Mereka lalu pergi ke suatu tempat.
Sementara itu di penjara, teman satu
selnya Taner turun dan membuat Taner terbangun.
“Kenapa kau memandangiku seperti itu?”
Taner terkejut.
“Ada orang jalang, dan aku sedang
mencarinya....” Jawab pria itu.
“Apa maksudmu?” Taner tak mengerti.
“Di dunia kami (dunia kejahatan), mereka
menyebut laki-laki pencuri istri orang dengan istilah Jalang. Dan Tayyar
membenci Orang jalang seperti itu.”
“Tayyar?” Taner shock. Ketakutan.
“Dia yang mengirimku kesini.” Ucap pria
itu yang langsung mengeluarkan tali dan menjerat leher Taner, hingga tubuhnya
merosok ke lantai. Taner berusaha melawan, namun tak mampu. Malam akhirnya ia
tewas terbunuh di sel penjaranya.
Di tepi pantai, Omer mulai membicarakan
Elif dengan Komandan Sami (mantan gurunya selama pendidikan polisi).
“Pria itu (Metin) merekam semuanya, Pak.
Mereka mengatur dengan sangat profesional. Dan sekarang mereka mengancam gadis
itu (Elif) dengan videonya.”
“Kau tahu bagaimana semua itu. Mereka
tak akan meninggalkan gadis itu sampai mereka menyelesaikan pekerjaan mereka
dengannya. Dengarkan aku! Mungkin kau akan menangkap ikan yang paling besar...”
“Aku tak tahu apakah itu tangkapan yang
paling besar, Pak.. tapi... yang jelas mereka sudah melakukan pekerjaan kotor
ini sejak lama. Berdasarkan buku harian Ahmed Denizer yang tersimpan di Roma,
mereka telah mencuci uang hingga miiaran dolar.”
“Wow...jumlahnya sama dengan kekayaan
negara berukuran kecil.”
“Benar.”
“Kucoba untuk memahami ini. Ahmed
Denizer... merupakan rekanan para petinggi. Atau mungkin kaki tangannya.”
“Akupun berpikiran seperti itu. Ketika
kita menangkap komplotan mereka, kita akan menemukan pembunuh Ahmed Denizer dan
juga Sibel. Pak, ada seseorang yang menjadi kunci di kasus ini, dan namanya
Metin.”
“Bagaimana dengan gadis itu. Namanya
Elif kan...?”
“Ya....”
“Apa yang akan kita lakukan dengannya?
Dia pun terlibat. Dia melakukan kejahatan itu. Dia bagian dari komplotan ini.
Kita harus berbuat apa? Akankah dia membongkar perbuatannya sendiri?”
“Pak, setap orang akan membayar
dosa-dosa mereka. Begitupun aku.”
Elif mengantar Nilufer ke rumah Tayyar.
Nilufer sempat menolak saat turun dari mobil, namun Elif terus memegangi
tangannya saat masuk ke dalam rumah Tayyar.
“Oh, selamat datang....” tayyar
menyambut kedatangan mereka di pintu gerbang.
“Maafkan kami, Paman tayyar. Kami
mengganggumi di jam-jam sekarang.”
“Tak masalah. Aku juga baru pulang dari
kantor! Masuklah! Selamat datang.”
Mert lalu keluar dan bertanya, “Apa yang
terjadi?”
“Tak. Tak ada yang terjadi.” Jawab Elif.
Nilufer lalu duduk bersama Mert di
bangku teras. Sedangkan Elif dan Tayyar masuk ke dalam rumah.
Mert bertanya pada Nilufer yang sedang
menangis. “Apa yang terjadi? Apa kau bertengkar dengan Elif?”
Nilufer tak menjawab. Menangis. Mert
lalu memeluknya.
Di ruang tamu, Elif berbincang dengan
Tayyar.
LANJUT KETUJUH