http://mahidevranlovers.blogspot.com/
“Aku harus pergi. Apakah kau butuh
sesuatu dari pasar?” Huseyin pamitan.
“Sausnya habis. Beli juga sedikit daging
cincang....!” Jawab Melike.
Hasan muncul dari lantai dua dan
memanggil ayahnya. Hasan ingin ikut bersama Huseyin ke pasar, namun Huseyin
melarangnya. Melike pun menyuruh Huseyin membawa Hasan bersamanya karena
anaknya itu terus mengganggunya seharian. Huseyin kembali memarahi Melike, lalu
ia turun ke jalan dan pergi begitu saja.
Di rumah sakit, seorang petugas keamanan
menceritakan kronologis kematian Zerrin pada Tayyar.
“Nyonya Zerin masuk ke dalam ruang rawat
Asli, dan kemudian terdengar teriakan dan ia jatuh terbentur. Asli mendorong
ibunya sebelum perawat datang ke sana. Anak buahku sempat memberikan pertolongan,
tapi Nyonya Zerrin sudah tak bisa diselamatkan.”
Tayyar lalu bertanya, “Apa kau sudah
mengerjakan apa yang aku suruh? Apa kau sudah mengatur semua yang kuminta?”
“Tentu, Tuan. Petugas keamanan di rumah
sakit ini juga berpikiran yang sama dengan kita. Kita sudah siap memberikan
laporan.”
Anak buah Tayyar yang lain lalu muncul.
Tayyar bertanya, “Dimana Asli?”
“Dia mengunci dirinya dalam kamar, Tuan.
Dia tak membiarkan siapapun masuk!”
Tayyar tampak marah, “Bagaimana bisa kau
berbuat seperti ini?”
“Ketika kami paksa, dia berubah
histeris. Kami pun pergi dan menungguinya di depan bintar agar dia bisa
tenang...”
Tayyar lalu mengolok dan membentak anak
buahnya, “Good job! Kerja yang bagus. Bagus sekali....”
Tayyar pun berlalu untuk menemui Asli.
Di pantai, Omer berbalik arah dan
mencari Elif. Namun Elif sudah pergi.
“Dimana kau Elif? Dimana kau?”
Omer mencoba meneleponnya. Elif tak mau
mengangkatnya karena sedang menyetir dan ia masih saja menangis.
Kembali ke rumah sakit. Asli sendirian
di kamar rawatnya. Ia lalu membuka jendela, dan melihat pemandangan di bawah
sana. Wajahnya diselimuti kesedihan dan amarah pada dirinya sendiri (karena ia
telah membunuh ibunya). Asli pun mencoba loncat dan mengakhiri hidupnya.
Di luar, seorang perawat terus mengetuk pintu
dan memanggil Asli. Tak lama kemudian, Tayyar datang bersama seorang
pengawalnya.
“Apa yang terjadi?” Tanya Tayyar.
“Tuan Tayyar, dia mendorongku ke luar
lalu mengunci pintunya. Aku tak bisa menghentikannya. Dia berteriak kalau dia
ingin melompat dari jendela...”
Tayyar menyuruh pengawalnya mendobrak
pintu. Sementara itu Asli sudah ancang-ancang meloncat di jendela. Setelah
pintu terbuka, Tayyar berteriak pucat memanggil nama Asli.
Dua polisi menyuruh Metin turun dari
mobilnya (di tepi jalan raya). Nilufer ikut turun dari mobil dan mengejarnya.
“Tunggu aku!” Ucap Nilufer.
“Sayang. Aku pergi dengan polisi-polisi
ini. Tak ada yang mengharuskanmu untuk iku,” Metin menolak.
Saat Metin masuk ke dalam mobil polisi,
Nilufer nekat masuk juga. “Aku ikut!”
Artikel keren lainnya: