http://mahidevranlovers.blogspot.com/
“Lihatlah, perusahaan ini adalah
karyamu yang hebat. Karenamu, beban perusahaan menjadi menurun, dan kita bisa
merencanakan masa depan perusahaan ini.”
“Itu sudah pekerjaanku Elif.”
“Makanya jangan tinggalkan
pekerjaanmu. Jangan menarik dukunganmu, Leent.”
“Elif, sesungguhnya aku tak
benar-benar ingin mundur. Tapi kau tahu ada masalah lain.”
“Apa itu?”
“Pacarmu, Omer. Selama aku masih
di sini, Omer tak akan menyukainya. Dia akan terus mengganggumu. Dan ketika kau
mulai terganggu, maka itu menggangguku.”
“Masalah seperti itu tak akan
pernah terjadi lagi.”
“Apa kau yakin?”
“Kami... Omer dan aku tak
seperti sebelumnya lagi (putus).”
“Baiklah...Aku akan tetap disini
selama kau membutuhkanku.”
Elif tersenyum, “Terima kasih
banyak Levent.”
Elif lalu mendapat telepon, dari
Tayyar Dundar.
“Ya, Paman Tayyar!”
Di saat yang bersamaan, Levent
pergi meninggalkan ruangan Elif.
Di rumah Omer, ibunya tampak
terus menyapu halaman. Melike lalu datang.
“Ibu, halaman depan rumah kita
sudah seperti kaca karena kau terus-terusan membersihkannya. Sebaiknya kau tak
perlu menunggu terus! Anakmu itu (Omer) tak akan pulang.” Ledek Melike.
“Urus saja dirimu sendiri dengan
roti mericamu. Semuanya bisa gosong!” Ucap Ibu Elvan.
“Tak akan gosong. Semuanya
baik-baik saja.”
Setelah itu Melike pergi ke
dapur. Ibu Elvan terus saja memandang ke arah jalan. Di sana terlihat mobil
merah. Namun Omer tak kunjung datang. Ibu Elvan pun kembali menyapu. Lalu ia
menoleh lagi ke jalan. Omer akhirnya terlihat pulang.
“Darimana saja kau, Nak?”
“Apa yang terjadi, Bu? Saat kau
memanggilku, kau terlihat stress. Apa ada masalah?”
“Cihan dan Ferhat sedang
menunggumu (di ruang tamu).”
“Kenapa?”
“Hari ini kan pesta sunatannya
Cihan. Jangan bilang kau lupa?”
“Jangan katakan itu!”
“Mereka kesini sejak kemarin.
Aku menelepon berkali-kali, tapi tak bisa menghubungimu.”
“Bu, aku punya pekerjaan yang
sangat penting, makanya aku lupa.”
Melike muncul dan meledek Omer,
“Kami tahu pekerjaanmu. Bagus, Omer! Ibunya Elif baru saja meninggal. Kau
jangan meninggalkannya sendirian! Elif tak seperti kita. Dia perempuan yang
lemah. Dia butuh kepedulian,,,, tentu.”
Omer kesal dan langsung masuk ke
dalam rumah. Ibu Elvan lalu memarahi Melike, “Berpikirlah seribu skali lebih
dulu da baru bicaralah sekali, Menantuku yang cantik!”
“Baiklah, Bu!”
Di kantor Tayyar Dundar, Elif
berkunjung. Tayyar sedang memberi makan ikan-ikan piranhanya saat itu.
“Aku tak berpikir untuk
menghubungimu. Kau pernah membicarakan akan pergi ke suatu tempat. Apa yang
terjadi?” Tanya Tayyar.
“Semuanya telah berubah... dan
aku telah menyelesaikan masalah itu.”
“Bagus... bagus... karena kau
mengubah rencanamu. Kau bisa memberitahu Paman Tayarmu ini apa yang sedang kau
rencanakan?”
Elif terdiam, dia mengingat
pesan Omer dan juga Komandan Sami untuk tak memberitahu siapapun tentang
rencana mereka.
“Aku akan memberitahumu saat
waktunya tepat. Kau akan tahu.”
“Baiklah. Aku tak akan
mendesakmu.”
“Ngomong-omong, kapan dokternya
Asli akan pergi? Aku ingin menjenguknya...”
“Mereka akan memberitahu kita
dalam waktu dekat...”
Seorang sekretaris lalu masuk
mengantar minuman. Tayyar memberitahu Elif kalau dirinya dilarang minum kopi.
Saat Elif bertanya kenapa, Tayyar mengalihkan pembicaraan.