http://mahidevranlovers.blogspot.com/
“Asli.”
“Elif. Adikku sayang....”
“Sayangku....”
“Aku pikir kau sudah
melupakanku.”
“Bagaimana bisa aku melupakanmu.
Aku datang seperti yang kau lihat.”
“Dengarkan apa yang akan
kukatakan. Bilang juga pada ibu dan Taner kenapa tidak datang lagi kesini oke?
Karena mereka meninggalkanku disini dan tak kembali lagi.”
“Ayo duduklah.”
“Baiklah. Setiap orang marah
kenapa dan itu kenapa mereka mengacuhkanku...”
Elif dan Asli lalu duduk
bersebelahan di tempat tidur.
“Ada sesuatu yang harus
kusampaikan padamu, Kak. Kita telah kehilangan ibu kita dalam sebuah
kecelakaan....”
Asli tergemap tak percaya.
Matanya terbeliak memerah. Air matanya lalu keluar. Setelah itu ia berteriak
histeris dan menangis. Elif memeluknya.
“Ibu......!”
Tayyar menemui Metin di ruang
operasi pribadinya. Setelah menanyakan kabar, Tayyar bertanya soal Elif pada
Metin.
“Apa yang terjadi pada Elif?”
“Dia meninggalkan rumah
pagi-pagi. Aku lalu melihatnya di depan kantornya tapi dia buru-buru masuk.
Setelah itu, dia menemuimu. Aku setiap langkah yang dibuatnya...”
“Tapi kau tidak tahu dimana dia
antara dari rumah dan kantor.”
Tayyar marah dan mencengkram
jari Metin yang masih terluka akibat dipalu Tayyar tempo hari. Tayyar lalu
menyuruh Metin untuk tak sibuk dengan urusan cinta (Nilufer) karena itu hanya
akan buang-buang energi.
Tayyar lalu memberitahu Metin,
“Karena hatimu (Nilufer) ada di tanganku sekarang, Metin. Di dalam rumahku.
Bersamaku dan juga Mert!”
Itu membuat Metin marah tapi
ditahannya.
“Dan jangan memberi Elif video
itu sampai aku menyuruhnya. Dia akan mendengar berita kematian Taner, dan dia
akan hancur hari ini. Biarkan dulu dia hidup dengan kesedihannya. Biarkan
hari-hari berlalu, dan dia akan memulihkan kekuatannya lagi. Setelah itu, beri
dia video itu (Video Asli yang mendorong Zerrin).”
Tayyar memberi Metin segelas
minum.
“Apa itu selesai.”
“Selesai? Aku telah menyewa
sebuah rumah. Kau akan pindah ke sana besok, dan kau akan tinggal di hotel
kemudian. Kau tak akan memberitahu pacaru tentang rumahmu lagi. Oke? Kau tidak
akan membahayakan dirimu, aku, dan pekerjaan kita lagi. Sekarang hubungan
kalian sudah berakhir.”
Di apartemen Bahar. Bahar
mencari Levent. Ada tiga koper di ruang tamu. Levent lalu keluar.
“Apa yang terjadi?”
“Aku akan meninggalkanmu.
Semuanya sudah selesai.”
“Jangan berkata yang
bukan-bukan, Sayang. Apa maksudmu dengan kau akan meninggalkanku? Demi Tuhan.
Bawa lagi kopermu ke dalam!”
“Sepertinya kau tidak mengerti
diriku, Bahar. Aku ingin berpisah denganmu.”
Bahar shock. “Apa kau serius?”
“Ya.”
“Levent. Duduk dan bicaralah.
Aku siap untuk menebus semua kesalahanku. Tapi kau tak bisa pergi seperti ini.”
“Tak ada lagi yang bisa kita
bicarakan. Semuanya selesai. Sesederhana itu. Dan tak ada alasan lain....”
Levent bersikeras pergi.
Bahar mencegah, “Levent Demi
Tuhan, beri aku kesempatan lag, kumohon! Aku bisa memperbaiki semua
kesalahanku. Kumohon, beri aku kesempatan....”
“Bahar! Tinggalkan aku
sendiri!!!”
Bahar akhirnya minggir. Levent
membuka pintu. Bahar meneriakinya dari belakang.
“Kau telah jatuh cinta padanya
(Elif)....! Kau telah jatuh cinta pada Elif...itu kenapa kau berubah pikiran
soal pengunduran dirimu. Aku sedang bicara denganmu maka jawablah!”