http://mahidevranlovers.blogspot.com/
Ibu Elvan lalu bertanya,
“Apa yang kau inginkan,,, biar kubuatkan!”
“Tak perlu. Jangan buat dirimu lelah.
Disini banyak sekali makanan. Kami pun tidak nafsu makan.”
“Ah, itu tidak baik buatmu... kau bisa
sakit. Di semua makananya kering. Kau butuh yang bisa menghangatkan
tenggorokanmu. Ah,,, aku akan membuatkamu pie bayam. Aku akan memasaknya
sekarang. Dan jika kau ingin roti merica.. akupun akan membuatkannya.”
“Tak perlu, Bu. Jangan merepotkan
dirimu!”
“Kau tak mendengarkan orang tua!
Ibu Elvan lalu memanggil Melike untuk
membantu. Tak lama kemudian, Huliya datang memberitahu Elif kalau tamu-tamunya
sudah datang.
Ibu Elvan menyuruh Elif menemui mereka.
Melike sibuk mengagumi dapur rumah Elif
yang sangat mewah. Tangannya lancang membuka setiap laci dan pantri untuk
melihat perabotan makan.
Saat pembacaan doa berlangsung, Elif tak
kuasa menahan kesedihannya. Elif berlari meninggalkan ruang tamu sembari
menangis, lalu naik ke kamarnya.
Ibu Elvan melihatnya, lalu menyusulnya.
Sementara itu, di dalam mobilnya yang
melaju kencang, Omer menelepon seseorang. Dia ingin menemui orang itu secara
rahasia. Omer ini membicarakan kasus pencucian uang dan komplotannya secara
privat.
Di rumah Elif, tepatnya di dalam kamar
mendiang Zerrin, Elif menangis. Ibu Elvan lalu datang menenangkannya. Elif
mencurahkan isi hatinya pada ibunya Ome, lalu menangis di pangkuannya.
Sementara itu, Demet, diam-diam naik ke
lantai dua. Ia lalu mengendap-endap masuk ke dalam kamarnya Elif, dan menjajal
beberapa perhiasannya, juga menyemprotkan parfum ke badannya.
Saat akan keluar,
Demet dikejutkan kemunculan ibunya (Melike). Melike lalu menanyai Demet dan memarahinya.
Tak lama kemudian, Ibu Elvan keluar dari kamar di sebelahnya.
Setelah itu mereka berpamitan pada Elif.
Saat akan menuruni tangga, Demet memberitahu kalau Omer sudah datang (di luar)
untuk menjemput mereka. Elif mendengarnya, dan bergegas melangkah ke teras
untuk menilik Omer dari atas (kejauhan).
Saat Omer menemui ibunya, Omer sempat
menanyakan kabar Elif.
“Bagaimana dia?”