http://mahidevranlovers.blogspot.com/
Sesampainya di gerbang depan, mereka menemui seorang satpam jaga. Setelah Ibu
Elvan menjelaskan kedatangannya, mereka akhirnya diperbolehkan masuk. Melike
agak sewot dengan satpam itu, karena sikapnya kurang ramah.
Di ruang tamu rumah Elif, Bahar sibuk menyiapkan semuanya
untuk pengajian. Elif lalu masuk sembari sibuk menelepon, dan Bahar protes.
“Elif, jangan teleponan lagi. Itu tak akan menguntungkanmu.
Aku yang akan menjawab semua panggilannya nanti.”
“Ya kau benar, tapi kesannya tak sopan. Kau pun sudah
sangat kelelahan untuk semua ini.”
“Jangan berucap seperti itu!”
“Dimana Nilufer?”
“Di teras.”
Elif lalu menemui Nilufer di teras. Nilufer sedang
menelepon (Metin). Elif tahu-tahu muncul di belakangnya.
“Nilu...”
“Elif!”
“Siapa yang menelepon?”
“Apa urusanmu, Elif!” Sentak Nilufer.
“Nilufer bicara yang sopan denganku!”
“Jangan lagi ikut campur urusanku mulai dari sekarang!”
“Dengar! Setidaknya jangan buat masalah hari ini.”
“Maksudmu akulah yang menciptakan masalah sekarang ini?”
Nilufer kesal.
Huliya datang memanggil Elif. “Nona Elif, Nyonya Elvan
sudah datang!”
Elif pun meninggalkan Nilufer dan menemui Ibu Elvan.
“Terimakasih sudah datang!”
“Aku turut berduka cinta...”
Elif lalu menyapa Melike dan Demet.
“Pembacaan doa akan dimulai sebentar lagi. Silahkan duduk!
Jangan berdiri!”
Ibu Elvan lantas melihat meja makan, dan bertanya, “Nak,
apa kau sudah membuat manisan? Anak-anaknya mendiang harus membuatnya!”
“Setahuku tidak ada yang memesan manisan. Kami tak berpikir
untuk membagikannya....”
“Jangan takut, Nak!” Ibu Elvan menawarkan dirinya untuk
membuatkan manisan itu.
Elif tak enak, dan mencegahnya, “Tak perlu! Katakan padaku
apa yang harus kami buat dan aku akan menyuruh mereka untuk membuatnya. Ibuku
dulu melakukan semuanya tanpa masalah sedikitpun. Ini hari terakhir kami untuk
mengenangnya. Biarkan semuanya seperti yang diingkannya...”
“Jadi kau yang akan membuat manisan?”
“Aku tak pernah membuat manisam. Aku tak tahu bagaimana
membuatnya.”
“Aku akan membantumu. Ayo kita ke dapur!”
“Baiklah!”
Elif lalu mengajak Ibu Elvan ke dapur. Sementara itu Melike
dan Demet sibuk mengagumi jamuan yang disajikan para pelayan di meja makan.
Bahar masuk, dan melihat mereka. Tatapan Bahar begitu
sinis. Merendahkan.
Ia lalu menghampiri Nilufer dan bergosip soal penampilan
Demet yang dianggapnya sangat kampungan.
Di dapur, Ibu Elvan mengajari Elif
membuat manisan.
Saat mengaduk gula dan margarin di panci,
Elif diminta ibu Elvan, “Berdoalah sembari mengaduk. Doa-doamu ini akan sampai
ke ibumu dan membuatnya bahagia di sana....”
Elif menangis.