http://mahidevranlovers.blogspot.com/
“Tak ada. Petugas keamanan rumah sakit
melapor kalau itu kecelakaan.” Sahut Arda.
“Kecelakaan macam apa?” Omer penasaran.
“Kita akan mengerti nanti. Kita harus
segera kesana, agar kita bisa berada di samping Elif seandainya dia sudah ada
di sana....” Kata Pelin. “Betapa tidak beruntungnya. Elif pasti sedang hancur.
Dia dan saudari-saudarinya.....”
“Bukankah Elif bersamamu, Bro?” Tanya
Arda.
“Dia tak bersamaku saat kau
meneleponku.” Jawab Omer.
Arda melihat sepertinya Omer dan Elif
sedang punya masalah.
“Lihatlah nasibnya Elif!” Ujar Pelin.
“Ini sungguh hari yang berat untuk
keluarga Denizer!” Tambah Arda. “Tak diragukan lagi. Elif pasti hancur saat
mendengar kabarnya....”
Memikirkannya, Omer semakin khawatir dan
risau akan Elif.
Di salah satu pos polisi yang ada di
sudut kota Istanbul, Metin dan Nilufer disuruh menunggu di sebuah ruangan
seperti ruang kerja. Metin duduk berusaha tenang. Sedangkan Nilufer terus saja
mondar-mandir cemas di depannya.
“Berhenti wira-wiri dan duduklah,
Nilufer! Kau bisa menciptakan embusan angin....!” Seru Metin.
“Bagaimana bisa kau setenang ini? Mereka
akan menahanmu!”
“Bagus. Duduklah di depanku agar aku
bisa memandangi wajahmu. Biarkan aku mengenang wajah cantikmu!”
“Ayo kita kabur saja!”
“Jangan konyol!”
Seorang polisi lalu masuk untuk
mengambil surat-surat. Metin menanyainya.
“Apa yang kami tunggu?” Tanyanya.
“Rekan-rekanku sedang mengurusnya,
mereka akan segera memberitahumu. Mereka sedang memburu orang yang identitasnya
telah dilaporkan pada kami.” Jawab Polisi itu.
“Siapa yang lapor?”
“Elif Denizer!”
Wajah Metin langsung pucat. Begitupun
Nilufer.
“Apa yang harus kita lakukan?” Tanya
Nilufer.
“Kita harus menunggu dengan tenang,
Oke!”
Omer, Arda, dan Pelin diantar seorang
petugas keamanan rumah sakit masuk ke dalam ruang rawat Asli sebelumnya, tempat
Zerrin terjatuh hingga tewas.
“Seorang perawat mengingatkan Nyonya
Zerrin untuk berhati-hati saat masuk ke ruangan karena lantainya basah. Lau
Nyonya Zerrin masuk, dan kembali untuk menutup pintu... kakinya terpeleset dan
kepalanya membentur jendela.” Tutur petugas itu.
Omer lalu melihat ada kamera CCTV di
atap. Di saat yang bersamaan Tayyar ikut masuk.
“Apa kau punya rekaman kamera CCTV?”
“Sayangnya tidak. Nyonya Zerrin
menyuruhku untuk mematikan semua kamera pengawas di kamarnya Asli, orong, dan
lif masuk untuk menjamin privasi dari para media. Aku sudah bilang ke dia kalau
dia itu paranoid, tapi dia tak mau mendengar dan aku tak bisa menolak
permintaannya.” Tayyar menjelaskan.
“Oke, bagaimana kau bisa menyimpulkan
dengan cepat kalau semua itu adalah kecelakaan?” Tanya Pelin. Sementara itu
Omer terus memeriksa setiap sudut kamar.
“Ada seorang saksi mata saat kecelakaan
itu terjadi. Ada darah di jendela dan lantai. Ada bekas goresan hak sepatu di
tempat dia terjatuh... jarak antara jejak sepatunya dengan tempat kepalanya
terbentur pun masuk akal. Setelah kita kami menanyai beberapa pegawai di lantai
ini yang menemukan Nyonya Zerrin. Mereka memastikan bahwa tak ada orang asing
yang masuk ke lantai ini.”Kata petugas keamanan.
Tayyar menambahkan, “Para dokter sudah
berusaha menyelamatkan Zerrin selama setengah jam, tapi mereka tak
berhasil....”
Tayyar tampak sedih. “Aku kehilangan
sahabatku satu per satu selama 40 tahun persahabatan. Aku benar-benar
terguncang. Permisi!”
Tayyar keluar, dan bersedih di sana.
Omer ikut keluar dan mengucapkan
belasungkawanya.
“Apakah nyonya Asli ada di kamarnya
selama insiden terjadi?” Tanya Arda.
“Dia dirawat secara intensif sejak
kemarin. Dia diberi obat penenang karena kondisinya memburuk.” Kata Tayyar.
“Apa kau sudah menghubungi Elif?” tanya
Omer.
“Sayangnya belum. Bahar dan aku terus
saja menghubunginya. Tapi dia tak juga menjawab telepon kamu. Aku sangat
mengkhawatirkannya sekarang. Dia tak biasanya bertingkah seperti ini. Apa kau
tahu dimana dia?” Tayyar malah bertanya balik pada Omer. “Maksudku, kalian
berdua menjadi teman dekat selama investigasi. Itu kenapa aku bertanya seperti
itu.”
“Aku tak tahu dimana dia. Aku tak bisa
menemukannya.”
“Tolong beritahu aku saat kau
menemukannya. Aku tak bisa menemukan Nilufer juga. Aku ingin mereka datang
menemani kakaknya.”
Omer, Arda, dan Pelin pun akhirnya pergi
meninggalkan Tayyar.
Kembali ke pos polisi. Metin dan Nilufer
masih sabar menunggu.
“Kenapa tak ada seorangpun yang bisa
memberitahu kita sesuatu?” Tanya Nilufer.
“Keja lamban selalu terjadi di fasilitas
pemerintahan. Seseorang akan segera datang!” Metin menyuruhnya sabar.
“Aku tak bisa bertahan lagi. Aku akan
pergi.”
“Kemana?”
“Untuk memberikan pernyataanku. Aku akan
bilang ke para polisi di luar sana, jadi mereka tak harus menunggu kakakku
seperti ini. Aku Nilufer Denizer, dan aku akan bilang kau tidak menculikku...”
“Itu tidak mungkin.”
“Apa yang akan kulakukan jika mereka
menahanmu?”
“Nilufer, jangan aneh-aneh, kumohon. Itu
sungguh tidak mungkin.”
“Saat Elif datang, kakaku akan bilang
bahwa kaulah orang yang menculik kami. Dan mereka akan menahanmu. Apa yang
harus kuperbuat kemudian?”