http://mahidevranlovers.blogspot.com/
“Nilufer, bawa mobilnya dan pulanglah ke
apartamenku. Jelas ini Cuma kesalahpahaman. Oke, tuan putri? Pergila!”
“Tak mau.”
Metin tak bisa berbuat apa-apa. Para
polisi itupun akhirnya pergi dengan membawa Nilufer juga.
Hatice pulang ke rumah. Nyonya Fatma terkejut
setengah mati. Mereka lalu berpelukan. Hatice menangis.
“Anakku... anakku! Putriku. Apa yang
terjadi? Apa yang terjadi, sayang?”
“Aku melihat polisi....”
Nyonya Fatma menyela, agar Hatice
berhenti bicara karena ayahnya bisa mendengar. Mereka lalu masuk ke ruang tamu.
“Polisinya ternyata orang-orangnya
Metin, Bu! Aku ketakutan sekali saat mereka menghentikanku. Aku pikir mereka
akan menangkapku.”
“Baiklah putriku... jangan menangis...”
“Aku tak bisa melakukannya. Kutinggalkan
koper itu lalu aku melarikan diri, Bu! Maafkan aku.”
“Oh anakku. Apa yang akan kita lakukan
sekarang? Kita terima saja takdir kita, sayang!”
“Apa yang akan dilakukan Metin nantinya,
Bu?”
“Jangan cemaskan itu. Jangan takut. Aku
akan menanganinya....”
Di kamar rawatnya, Asli dipegangi Tayyar
dan terus saja berteriak “Aku tak mau hidup lagi! Aku sudah membunuhnya
(ibunya).”
“Dengarkan aku!”
“Aku tak bisa lagi hidup. Biarkan aku
mati. Aku tak berhak lagi untuk bernapas! Aku telah membunuhnya. Aku membunuh
ibuku.....”
“Cukuuuup!” Sentak Tayyar. “Kau tidak
membunuh siapapun. Itu kecelakaan. Kau tak membunuh ibumu.”
“Tidak, Paman Tayyar. Akulah yang
mendorongnya. Akulah yang mendorong ibuku sendiri.”
Tayar lalu memeluk Asli dan
menenangkannya.
“Apa yang sudah kulakukan pada ibuku? Ya
Tuhan.... apa yang sudah kulakukan! Ibu.....!” Asli menjadi lebih histeris.
Perawat datang membawa suntikan obat
penenang dan menyuntikannya di lengan Asli. Perlahan, Asli mulai tenang namun
tetap sadarkan diri.
Saat Asli di bawa ke tempat tidurnya.
Tayyar menyuruh perawatnya untuk terus memberinya obat penenang.
Asli kembali menangis. “Apa yang harus
kukatakan pada Elif? Aku telah membuat adik-adikku kehilangan ibunya. Apa yang
harus kulakukan?”
Tayyar keluar meninggalkan kamar
rawatnya Asli. Dia memerintahkan pengawalnya untuk melarang siapapun masuk ke
dalam sana tanpa seizinnya.
“Jika polisi ataupun keluarganya Elif
datang, mereka harus menemuiku terlebih dulu. Paham?”
“Ya, Tuan!”
“Sekarang suruh semua pegawai yang
bertugas di lantai ini mulai dari penjaga, dokter, perawat, tukang
bersih-bersih, semuanya, untuk datang menemuiku di kantor! Suruh juga dokter
bodoh yang tak memberi Asli obat penenang ke kantor, agar aku bisa memeriksa
sel otaknya dan melihat apakah otaknya bekerja dengan baik!” Tayyar benar-benar
marah.
Di jalan raya, Arda dan Pelin berada
dalam satu mobil untuk menjemput Omer. Pelin mengeluhkan cara Arda menyetir
mobil yang lambat seperti gadis. Keduanya pun berdebat. Hingga mereka melihat
Omer di tepi jalan.
Omer pun lalu masuk dan duduk di jok belakang.
“Apa sudah pasti bahwa Nyonya Zerrin
sudah meninggal? Aku harap itu kesalahan!” Kata Omer.
“Akupun berharap sama, tapi kabar yang
kami terima, jenazahnya sudah ada di kamar jenazah.” Jawab Pelin.
“Apa sudah ada ivenstigasi?” Tanya Omer.