http://mahidevranlovers.blogspot.com/
“Tinggalkan aku. Sepakat?”
Nilufer tak mau, lalu memeluk Metin.
Di suatu tempat, Huseyin mendatangi
sebuah apartemen kelas menangah. Dia dipanggil “Tuan Cihat” oleh seorang pria
yang mengenalnya. Sepertinya mereka bertenggaan.
Rupanya Huseyin punya rumah dan keluarga lain (yang ia rahasiakan dari siapapun). Dia
masuk ke rumahnya itu, lalu menghampiri kamar anak lelakinya.
Setelah mencari
tempat yang aman, akhirnya Huseyin menemukan keranjang bayi yang diletakkan di
atas lemari. Huseyin lalu menyembunyikan semua berliannya ke dalam keranjang bayi
itu. Namun sebutir berlian diambilnya dan dimasukkan ke dalam kantong.
Di ruang tamu, seorang perempuan Rusia
berambut pirang sedang duduk bersama anak lelakinya berusia 6 tahun. Mereka
adalah istri simpanan Huseyin dan anak ketiganya. Mereka tampak bahagia. Tak ada siapapun yang mengetahui bahwa Huseyin memiliki kehidupan ganda. Satu keluarga bersama Melike dengan dua anaknya, dan yang kedua bersama perempuan Rusia dengan satu anak lelaki di apartemen mewah.
Kembali ke pos polisi. Akhirnya para
polisi menemui Metin dan Nilufer. Seorang polisi memberitahu Metin, “Kami telah
melihat identitasmu di pusat data kami. Kami melakukan penyelidikan kecil.
Maafkan kami, karena para petugas kami telah menangkap orang yang salah. Tak
perlu lagi proses identifikasi. Kalian berdua bisa pergi sekarang!”
Metin dan Nilufer pun akhirnya bisa
meninggalkan pos polisi.
“Bagaimana bisa kau menyelesaikan semua
ini?” Tanya Nilufer.
“Aku punya relasi dengan para
petinggi....”
Lagi-lagi keduanya bertengkar soal
video. Namun dengan cepat mereka berbaikan kembali. Metin lalu mencegat taksi
dan Nilufer pergi dengan taksi itu.
Omer menghubungi Hulia untuk
mengabarinya jika Elif sudah pulang. Omer lalu pergi sendirian dengan mobilnya
untuk mencari Elif.
Metin datang ke perusahaannya. Dia
tampak stress dan saki kepala. Meti menanyakan anak buahnya soal Taner. Namun
anak buahnya menceritakan soal Hatice yang kabur meninggalkan uang dan kopernya
begitu saja di bandara saat tahu ada polisi yang hendak menangkapnya. Metin
menjadi marah, dan langsung pergi dengan mobilnya sembari menelepon seseorang.
Rupanya dia menelepon Elif.
Elif berada di pinggir jalan saat Metin
meneleponnya.
“Halo rekanku!”
“Ada apa?”
“Kurir baru kami benar-benar tak
berguna. Sekarang kau yang mengambil alih. Singkatnya, kau akan pergi ke Roma
lagi. Uang-uang ini harus dikirim besok, jadi aku akan memesankan tiketmu.”
“Cukup! Aku sudah muak denganmu, apa kau
mengerti?”
“Haruskah kukirim video itu (rekaman
saat Elif melakukan transaksi pencucian uang di bank Roma) ke pacar polisi
tersayangmu?” Ancam Metin.
“Jangan ragu! Kirim saja sekarang! Kirim!
Tak masalah buatku!” Sentak Elif
Metin terheran-heran.
Omer menyetir mobilnya di jalan raya.
Dia mengingat perkataan Elif tentang tatonya ‘Cinta Tak Bersyarat’. Saat itu Omer bertanya, apakah Elif sudah menemukan Cinta Yang Tak Bersyarat.
Elif sendiri sedang berada di pemakaman.
Ia berat melangkah, dan kembali perkataan Omer tentang kejujuran. Elif juga
mengingat saat Omer menciumnya di hotel semalam. Air matanya kembali meleleh.
Di dalam selnya yang gelap, Taner duduk
sendirian. Melamun. Seorang petugas lalu masuk membawa makanan. Taner sibuk
sendiri. Ia mengingat-ingat kejadian saat dua orang menghajarnya malam itu, dan
mereka menanyakan berlian. Taner lalu mengingat perkataan Pinar tentang betapa
bahayanya Tayyar. Taner akhirnya mengerti kalau Tayyar mengetahui soal berlian
itu.
Taner memanggil petugas yang
mengantarkan makanan.
“Aku harus bicara dengan Tuan Tayyar!”
“Kau memerintahku? Apa ada perintah
lain? Beginilah tingkah orang kaya!” Ledek petugas itu yang kemudian pergi dan
menutup pintu selnya Taner.
“Pak penjaga! Pak Penjaga! Aku harus
bicara dengan Tayyar Dundar!”
Di kantornya, tayyar sedang bicara
dengan ikan-ikan piranhanya yang berada di dalam aquarium. Seorang anak buahnya
lalu datang memberitahu bahwa Metin telah datang. Tayyar pun bersiap
menemuinya.
Di tengah laut, di dalam kapal, Pinar
yang terborgol berusaha melepaskan diri. Pergelangan tangannya sampai memerah
dan berdarah. Tubuhnya lemas.
Tayyar menemui Metin di ruang rahasia,
bawah tanah rumah sakitnya.
“Apa aku membuatmu menunggu, keponakanku
yang tampan? Apa kau punya kabar bagus? Ayo katakan!”
“Jangan bertingkah seolah kau belum
mendengarnya saja, paman!”
“Aku sudah dengar. Aku sudah dengar.
Terima kasih tuhan, kau berhasil memecahkan rekor dunia untuk kegagalanmu hari
ini. Taner lolos dari genggamanmu. Dan kurir barumu telah mengacaukan bisnis
kita.”
“Aku telah mengirim seseorang ke dalam
sel tahanannya Taner. Mereka akan melakukan pekerjaannya dan menyelesaikan
masalah ini.”
“Benarkah?”
“Aku akan membawanya ke luar negeri
minggu ini. Jangan takut!”
“Sungguh?”
Tayyar lalu menunjukkan kamera handycam
yang ia temukan di apartemennya Metin. Ia perlihatkan isi rekaman Metin dan
Nilufer yang sedang bercinta.
Metin tampak shock.
“Ambillah! Ambillah! Jangan ragu!
Tontonlah penampilan-oscar-mu ini...!” Suruh Tayyar.
Metin pun mengambil handycamnya.
“Paman, ini tak seperti yang kau
pikirkan. Aku serius tentang Nilufer.”
“Lalu apa ini? Apa ini? Tidakkah kau
melakukan perbuatan menjijikkan seperti ini? Aku percayakan padamu gadis ini.
Bagaimana bisa kau berani berbuat seperti itu? Heh?” Tayyar marah-marah. “Pikiranmu
serius? Serius?”